Jumat, 13 Januari 2012

Tugas Bahasa Indonesia part 3

Contoh Paragraf


Paragraf Generalisasi

Pada umumnya rata-rata setiap pengunjung warnet saat ini selalu membuka website facebook. Baik dari usia anak sekolah sampai dengan usia orang tua yang sudah bekerja. Walaupun sering mereka membuka website lain, akan tetapi hampir dikatakan selalu membuka website facebook.


Paragraf Analogi

Seseorang yang memliki ilmu seperti sebuah tong yang penuh berisi air. Semakin penuh airnya semakin muatannya berat. Demikianlah halnya orang yang berilmu, semakin banyak ilmunya semakin banyak kegunaannya untuk kehidupan baik pribadi maupun masyarakat sekitar.

Paragraf Sebab-akibat (Kausalitas)

Tarif listrik yang harus saya bayarkan bulan ini mengalami kenaikan sejak penetapan kenaikan tarif listrik oleh pemerintah. Akibatnya saya harus menaikkan harga sewa tarif internet di tempat usaha warnet yang saya kelola, supaya keuntungan dari usaha warnet tetap ada.

Tugas Bahasa Indonesia part 2

Kerangka Karangan

  1. Tempe bongkrek adalah makanan berbahaya.

    • Banyak orang yang sakit dan mati akibat keracunan makanan tersebut.

    • Tempe bongkrek ini dibuat dari ampas kelapa yang sangat berpeluang untuk terkontaminasi oleh bakteri Pseudomonas cocovenenans.

    • Bakteri ini memproduksi toksin tahan panas yang menyebabkan keracunan di dalam tubuh orang yang mengkonsumsinya.

  1. Ada 2 toksin yang diproduksi bakteri ini, yaitu asam bongkrek dan toxoflavin.

    • Asam bongkrek memobilisasi glikogen di dalam liver, menyebabkan hiperglikemi lalu hipoglikemi dan menghambat pembentukan ATP yang bias menyebabkan kematian.

    • Asam bongkrek tetap bertahan di dalam tempe bongkrek yang direbus ataupun digoreng.

    • Toxoflavin menghasilkan hydrogen peroksida yang toksik terhadap sel.

  1. Menghindari untuk mengkonsumsi tempe bongkrek

    • Miselium kapang di permukaan tempe bongkrek dicurigai mengandung asam bongkrek.

    • Tempe bongkrek berwarnakuning dapat mengandung toxoflavin.

    • Tempe bongkrek yang normal berwarna putih.

Tugas Bahasa Indonesia part 1

Musim Panas yang Lebih Panas Picu Musim Dingin Ekstrem


Para peneliti dari firma riset Atmospheric and Environmental Research di AS menemukan sebuah pola yang menunjukkan bahwa musim panas yang lebih panas dari biasanya di Belahan Bumi Utara ternyata mengganggu pola cuaca dan memicu musim dingin ekstrem yang terjadi di kawasan AS dan Eropa.

Jucah Cohen, ketua tim riset yang mempublikasikan temuan mereka di jurnal ilmiah Environmental Research Letters, Jumat (13/1/2012), mengatakan ada kecenderungan pemanasan suhu udara di kawasan Artik dekat Kutub Utara pada periode Juli sampai September.

Prakiraan selama ini menyebutkan, tren pemanasan suhu udara itu juga akan terjadi pada musim dingin. Namun, Cohen dan timnya menemukan prakiraan itu tidak selalu tepat untuk seluruh kawasan, yang menunjukkan bahwa sistem iklim Bumi sangatlah kompleks.

"Selama dua dekade terakhir, kecenderungan pendinginan skala besar justru terjadi di kawasan luas di sekitar Amerika Utara sebelah timur dan Eurasia sebelah utara. Kami menduga tren yang tidak terprakirakan sebelumnya ini kemungkinan tidak bergantung pada variabilitas internal saja," ujar ilmuwan tersebut.

Dengan melihat data suhu udara, curah hujan, salju, dan es, tim tersebut menemukan bahwa pemanasan suhu udara pada musim panas di kawasan Artik menyebabkan atmosfer menyimpan kandungan uap air yang lebih besar, yang akan memicu peningkatan curah hujan salju pada musim gugur di daerah-daerah yang terletak di koordinat lintang tinggi (di atas 60 derajat Lintang Utara).

Analisis data tersebut juga menunjukkan, sebaran salju rata-rata di kawasan Eurasia telah meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Penambahan salju ini pada gilirannya memicu perubahan Osilasi Artik, yakni pola tekanan atmosfer utama yang menentukan pola cuaca musim dingin di Belahan Bumi Utara.

Saat osilasi ini berada di fasa negatif, sel-sel cuaca bertekanan tinggi di kawasan Artik akan mendorong udara dingin ke kawasan di koordinat lintang menengah (antara 23 derajat Lintang Utara sampai 66 derajat Lintang Utara), memicu suhu yang lebih rendah dari biasanya dan badai salju dahsyat.

Penelitian yang dilakukan Cohen dan kawan-kawan ini adalah satu dari berbagai studi terbaru yang mengungkapkan kompleksitas sistem iklim dunia dan bahwa para ilmuwan pun masih mempelajari seberapa besar pengaruh manusia dan faktor-faktor alami terhadap pola iklim jangka panjang.

Sumber : sains.kompas.com

Senin, 31 Januari 2011

Manajemen Risiko Merapi

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).

Salah satu contoh adalah dalam menangani bencana letusan gunung merapi, yang bisa juga disebut PRB (Pengurangan Risiko Bencana)

Pengurangan risiko bencana (PRB)–dalam bahasa Inggrisnya disaster risk reduction–merupakan aspek penting dalam siklus penanganan bencana. PRB meliputi pelbagai pendekatan dan tindakan yang sistematis untuk mengenali, mengkaji, dan mengurangi risiko yang mungkin timbul akibat kejadian bencana. PRB juga bertujuan untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana, seperti kerentanan psikis, sosial, dan ekonomi, sekaligus menangani bahaya-bahaya mungkin muncul akibat kerentanan itu.

Untuk membangun tubuh pengetahuan (body of knowledge) tentang PRB, kita perlu mengurai pengetahuan-pengetahuan tentang penanganan bencana yang sudah mulai terkodifikasi. Kodifikasi pengetahuan bencana berarti sejauh mana kita telah mengolah data, informasi, kebijakan, dan kearifan (wisdom) kebencanaan secara terstruktur dan rinci, misalnya :

(1) Sudahkah ada penjelasan tentang perbukitan terjal dengan tanah longsor;

(2) Gunung berapi dengan efek erupsinya;

(3) Apa hubungan bantaran sungai dengan peristiwa banjir bandang, dan

(4) Di mana saja daerah rawan gempa bumi dan apa hubungannya dengan robohnya bangunan dan rumah.

Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan dasar-dasar manajemen pengetahuan kebencanaan. Pengatahuan menurut Basuki (2009) berasal dan diterapkan dalam benak yang mengetahui. Di organisasi (dalam arti luas) pengetahuan tersimpan dalam bentuk dokumen, repositori, kegiatan rutin, proses, praktik dan norma organisasi. Pengetahuan itu berbeda dari data maupun informasi. Bila digambarkan dalam rangkaian informasi maka siklusnnya menjadi PERISTIWA –> FAKTA –> DATA –> INFORMASI –> PENGETAHUAN –> KEARIFAN–> PERISTIWA

Data merupakan fakta mentah, yang berubah menjadi informasi ketika diolah atau disesuaikan dengan konteks. Informasi menjadi pengetahuan bila diteruskan kepada orang lain serta menambah perbendaharannya. Foskett (1996) mengatakan knowledge is what I know, Information is what we know, i.e. shared knowoledge, Data any fact(s) assumed to be a matter of different observation.

Pengetahuan dapat dikelompokkan secara luas ke pengetahuan individual dan pengetahuan organisasi. Pengetahuan individu adalah pengetahuan yang berada dalam benak individu yang bersangkutan. Pengetahuan organisasi adalah pengetahuan yang terbentuk melalui interaksi antara teknologi, teknik dan manusia. Dalam bahasa Nonaka dan Takeuci (1991), pengetahuan terbagi menjadi dua, yaitu pengetahuan eksplisit dan implisit atau terpendam (tacit).

Berbekal pencerahan dari Basuki, masalah pengetahuan PRB merupakan tanggung jawab bersama antara warga yang tinggal di area yang rentan bencana dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam isu penanganan bencana. Kodifikasi atau pembakuan pengetahuan kebencanaan mutlak diperlukan karena penanganan bencana selalu melibatkan banyak pihak.

Pertama, kodifikasi pengetahuan dapat dilakukan dengan perbaikan pengetahuan di setiap lembaga, sudah menjadi rahasia umum bila akar permasalahan dalam penanganan bencana juga menyangkut kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga-lembaga yang menangani bencana. Alih-alih menjadi bagain penyelesai masalah, tak jarang lembaga penanganan bencana menjadi masalah tersendiri saat bencana terjadi.

Setelah itu tahap pembauran atau kolaborasi pengetahuan baru mungkin dilakukan. Ini langkah kedua dari pengelolaan pengetahuan. Menurut Prasetyo (2010), antarlembaga bisa bertukar data dan informasi. Proses itu tetap mempertimbangkan rasa hormat terhadap seluruh proses pengumpulan, penyimpanan, dan penyaringan pengetahuan yang dibuat dengan pengetahuan yang sudah dipunyai masyarakat. Lalu, penyebaran pengetahuan dapat dilakukan mengkonsolidasikan jaringan dan infrastruktur pendukung supaya akses dan distribusi pengetahuan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pihak.

Pada akhirnya, pemanfaatan pengetahuan sebagai produk akhirnya mendorong pengguna pengetahuan untuk mampu dan mandiri mendukung penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya. Pengetahuan dikembangkan melalui proses pengalaman di mana pengetahuan tersebut dipergunakan. Oleh karena itu PRB harus menjadi bagian terpadu dengan masyarakat.

Sumber:

http://id.wikipedia.org

http://poskomerapi.infest.or.id

MANAJEMEN RISIKO PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERTAMBANGAN

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).

Contohnya adalah pengelolaan lingkungan pertambangan yang akan dibahas di bawah ini.

LATAR BELAKANG

  1. Secara geologi Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral dan energi yang cukup besar dan belum semuanya dimanfatkan secara optimal.
  2. Kegiatan operasi energi dan mineral terbukti telah membuka keterisolasian suatu wilayah karena pada umumnya sumber daya energi dan mineral terdapat di daerah terpencil.
  3. Pertumbuhan ekonomi sebesar rata-rata 6% pertahun, kebutuhan energi dan kebutuhan industri akan sumber energi dan mineral akan semakin besar.
  4. Tingkat pertumbuhan dan kemajuan industri pertambangan Indonesia sangat dipengaruhi inkonsistensi kebijaksanaan ekonomi
  5. Pemerintah yang kurang memahami hakekat dan sifat khas usaha pertambangan (lokasi tertentu, investasi jangka panjang, risiko tinggi).

KARAKTERISTIK KEGIATAN PERTAMBANGAN

1. Berada di bawah tanah

2. Keterdapatan di muka bumi tidak dapat memilih tempat

3. Tahapan harus dilalui :

  • Penyelidikan Umum
  • Eksplorasi
  • Eksploitasi
  • Pasca tambang

4. Sumberdaya tak terbarukan (non renewable)

5. Padat modal dan teknologi

6. Dapat difungsikan sebagai penggerak pembangunan

7. Dapat memberikan efek ganda yang besar

8. Risiko finansial sangat besar

KONSEP INDUSTRI PERTAMBANGAN DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

  1. Potensi Sumber Daya Alam Energi dan mineral batubara panas bumi di Indonesia diyakini sangat besar, namun hanya dapat diketahui apabila dilakukan Eksplorasi terus menerus.
  2. SDA energi & minerbapabum tidak akan memberi manfaat apabila tidak diolah dan dikembangkan.
  3. Masyarakat dan daerah di sekitar industri harus mendapatkan manfaat yang lebih dari kehadiran industri energi dan mineral, karena terkena langsung dampak keberadaan tambang.
  4. Industri pertambangan dalam pembangunan berkelanjutan bertumpu pada tiga pilar: ekonomi, sosial dan lingkungan.
  5. Sumber daya energi dan mineral yang tidak terbarukan harus diperlakukan sebagai MODAL PEMBANGUNAN. Harus dapat ditransformasi menjadi sumberdaya manusia dan potensi ekonomi lain secara berkelanjutan.

TEKNIS PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

1. Air Asam Tambang (ARD, AMD)

2. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

3. Tailing

4. Kestabilan Lereng

  • pit /ex pit
  • Timbunan batuan penutup

4. Reklamasi

  • Pemulihan fungsi permukaan tanah
  • Mencegah banjir / longsor

5. Lahan Basah/Rawa Buatan (construction Wet Land)

6. Penutupan Tambang

  • Keamanan thd lingkungan
  • Keberlangsungan pembangunan

UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN DI BIDANG PERTAMBANGAN OPERASIONALISASI DALAM TUGAS PEMERINTAHAN

  • RKTTL (Rencana Kerja Tahunan Teknis dan Lingkungan)
  • Laporan pelaksanaan KL triwulan dan tahunan
  • Rencana Reklamasi
  • Rencana Pascatambang
  • Pelaksanaan Reklamasi
  • Pelaksanaan Pascatambang
  • Jaminan Reklamasi
  • Jaminan Pascatambang

Pollution Prevention Principle

Penerapan Pollution Prevention Principle, yaitu :

INTERNALISASI UPAYA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN KE DALAM KEGIATAN PERTAMBANGAN !!!

Artinya :

Mengutamakan pendekatan teknis pengelolaan kegiatan pertambangan agar berdampak minimal terhadap lingkungan dan masih dapat dikendalikan

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN YANG BAIK DAN BENAR

  • Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan
  • Keselamatan operasi pertambangan
  • Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan revgetasi
  • Upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara
  • Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan

AIR ASAM TAMBANG (AAT)

Pengertian: proses lindian, rembesan, atau aliran akibat adanya oksidasi mineral sulfida pada kegiatan pertambangan.

Prinsip pencegahan dan penanggulangan: hilangkan salah satu atau lebih unsur pembentuk AAT, yaitu mineral sulfida, oksigen atau air

MINERAL PEMBENTUK AIR ASAM TAMBANG (AAT)

  • Pirit (FeS2)
  • Markasit (FeS2)
  • Arsenopirit (FeAsA)
  • Kalkosit (Cu2S)
  • Kovelit (CuS)
  • Kalkopirit (CuFeS2)
  • Molibdenit (MoS2)
  • Sinabar (HgS)
  • Galena (PbS)
  • Spalerit (ZnS)

MINERAL PENETRAL AIR ASAM TAMBANG (AAT)

  • Kalsit (100 %) CaCO3
  • Siderit (116 %) FeCO3
  • Rodokrosit (115 %) MnCO3
  • Magnesit (84 %) MgCO3
  • Witerit ( 196 %) BaCO3
  • Ankerit (108 %) CaF (CO3)2
  • Dolomit (92 %) MgCa (CO3)
  • Malakit (74 %) CuCO3 (OH)2
  • Manganit (88 %) MnOOH
  • Limonit/Goetit (89 %) FeOOH

PREDIKSI DAN PENGUJIAN

IDENTIFIKASI LAPANGAN:

  • Oksidasi sulfida menghasilkan besi sulfat berwarna kuning dan garam aluminium berwarna putih yang menyelimuti batuan
  • Pembentukan flokulan (endapan) besi
  • pH tanah dan air yang rendah

PENCEGAHAN AIR ASAM TAMBANG (AAT)

  • Mencegah terbentuknya Air Asam Tambang (AAT)
  • Meniadakan salah satu atau lebih unsur pembentuk Air Asam Tambang (AAT)
  • Cara kering (pemisahan, penimbunan, pelapisan, dsb)
  • Cara basah (wet land)

PENDEKATAN HIDROLOGI

  • Prinsip: MENJAGA AGAR AIR TIDAK MENGALIRI MATERIAL PIRIT (KEEP WATER AWAY FROM PYRITIC MATERIAL)
  • Tempatkan timbunan di atas permukaan air tanah, padatkan dan lapisi dengan liat
  • Parit pengeak (diversion ditcth) untuk mengurangi infiltrasi

Pengendalian asam tambang di penimbunan batuan :

PELAPISAN

a. Pelapisan dengan liat:

  • Bentonit (efektif karena sifat mengembang dan melapisi/menutup)
  • stabilisasi dari erosi dan penetrasi akar

b. Pelapisan dengan bahan sintetik:

  • aspal
  • tar
  • semen
  • plastik film
  • geotekstil

MINIMISASI OKSIGEN

  • Pelapisan dengan lapisan pengkonsumsi oksigen (tanah pucuk yang mengandung mikroorganisme aktif) adalah strategi yang baik untuk mengurangi O2 (segera).
  • Pemadatan pada saat kontruksi
  • Pemadatan pada permukaan dan lereng bagian luar untuk mengurangi difusi O2 dan konveksi udara ke dalam timbunan.

Jalur difusi oksigen banyak terdapat pada batuan penutup yang kering

Tingkat difusi oksigen sangat berkurang pada batuan penutup yang telah dijenuhkan sebagian

BAKTERISIDA

  • Surfaktan anion
  • Asam organik pengawet makanan
  • Percobaan dengan sodium lauril sulfat (SLS) mampu mengurangi pembentukan AAT hingga 60 - 90 % pada coal refuse

PENGENDALIAN (TREATMENT) AIR ASAM TAMBANG (AAT)

  • Penetralan dengan kapur atau bahan lain
  • Penstabilan/pengendapan logam-logam dan sulfida terlarut

PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI PRINSIP UMUM PENGENDALIAN EROSI

1. Menyesuaikan kegiatan pembangunan dengan kodisi topografi dan tanah di daerah kegiatan

- Lakukan penilaian terhadap karakteristik fisik lapangan yaitu topografi, tanah dan penyaliran.

- Manfaatkan kondisi topografi yang ada.

- Manfaatkan pola drainase alamiah.

2. Membuat rencana kendali erosi dan sedimentasi sebelum dilakukan kegiatan yang dapat mengganggu tanah

- Dibuat oleh atau dengan bantuan tenaga ahli yang mampu mengidentifikasi daerah-daerah yang akan mengalami masalah erosi dan sedimentasi

- Harus dilaksanakan sesuai dengan rencana

3. Sedapat mungkin menmpertahankan tumbuhan alami

- Pertahankan dan lindungi sampai pada saat kegiatan penebasan benar-benar akan dilaksanakan

- Buat daerah penyangga di sekitar lokasi kegiatan

4. Meminimalkan luas dan lamanya tanah terbuka

Buat jadwal pengupasan dan pembentyukan lereng untuk mengurangi luas daerah terganggu sampai pada tingkat yang paling minimum

5. Berupaya untuk menahan sedimen di lokasi/sumbernya

- Sedimen dari lokasi kegiatan harus ditangkap dengan kolam sedimen

- Kolam dan perangkap sedimen harus disiapkan sebelum kegiatan konstruksi dimulai

6. Mengalirkan air limpasan menjauh dari daerah yang terganggu

- Saluran pengelak harus digunakan untuk memotong air larian dan mengalihkannya menjauhi daerah kegiatan

- Saluran pengelak harus disiapkan sebelum dilakukannya kegiatan

7. Meminimalkan panjang dan kemiringan lereng

- Lereng berteras, saluran dan penahan sedimen harus digunakan untuk memotong aliran air pada lereng yang curam dan panjang.

- Harus diterapkan upaya untuk memperlambat kecepatan air larian.

8. Menstabilkan daerah terganggu sesegera mungkin

- Melakukan upaya stabilisasi seperti penanaman tumbuhan penambatan, mulsa, kolam sedimen, anyaman pengendali erosi, dll.

- Perbaikan dan pemeliharaan

9. Berupaya memperlambat kecepatan air limpasan yang keluar dari lokasi kegiatan

- Mengurangi kecepatan air limpasan dengan menjaga keberadaan tumbuhan penutup

- Membuang luapan air limpasan ke saluran alami

10. Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap sarana kendali erosi secara berkala

- Menugaskan seseorang yang bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan harian

- Melakukan pemeriksaan setelah terjadi banjir

- Melakukan perbaikan segera

METODA VEGETATIF

Penggunaan tanaman dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh ke permukaan tanah, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan.

METODA VEGETATIF MEMPUNYAI FUNGSI :

- Melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh;

- Melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air diatas permukaan tanah;

- Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang langsung mempengaruhi besarnya aliran permukaan.

METODE TEKNIK SIPIL

Perlakuan mekanis yang diberikan terhadap tanah dan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.

METODE TEKNIK SIPIL MEMPUNYAI FUNGSI

- Memperlambat aliran permukaan;

- Menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak;

- Memperbesar infiltrasi air kedalam tanah dan memperbaiki abrasi;

- Penyediaan air bagi tanaman.

SARANA YANG TERMASUK METODE TEKNIK SIPIL ADALAH :

- Saluran permukaan / saluran pengelak

- Saluran bawah tanah

- Gabion

- Penahan tebing

- Geotekstil

- Penghalang sedimen

- Dam penghambat

- Penangkap sedimen

- Rip-rap

Beberapa Aplikasi Good mining Practice

- Eksplorasi dengan presisi tinggi

- Pemilihan teknologi yang tepat (recovery, dampak)

- Efisiensi penggunaan lahan

- Pengelolaan tanah pucuk/penutup, erosi, sedimentasi, Air Asam Tambang

- Penggunaan air kerja, perlindungan sumber-sumber air

- Penambangan tuntas

- Reklamasi segera

- Pemantauan lingkungan

KATEGORI KASUS LINGKUNGAN

  • Terjadi pada batas waktu tertentu
  • Penurunan kualitas lingkungan
  • Perubahan fungsi lingkungan
  • Lingkungan tidak berfungsi lagi
  • Tidak sesuai dengan baku mutu lingkungan/Melebihi baku mutu limbah

RISIKO KASUS LINGKUNGAN

  • Membayar ganti rugi.
  • Penghentian kegiatan sebagai sumber kasus.
  • Menutup kegiatan pertambangan apabila kasus lingkungan tidak dapat ditanggulangi.
  • Mengganti penanggung jawab lapangan apabila terjadi kelalaian
  • Pidana apabila ada pihak yang dirugikan akibat pelanggaran hukum

PENANGANAN KASUS

  • Tanggung jawab KTT
  • Melakukan penanggulangan segera
  • Melaporkan proses/kronologi terjadinya kasus dan upaya penanggulangan yang telah dilakukan kpd KAPIT
  • Melakukan pencegahan
  • Melakukan tindakan koreksi PIT
  • Kewenangan PIT
  • Melakukan pemeriksaan lapangan
  • Pembuktian terhadap kebenaran kasus yang terjadi
  • Memberikan tindakan koreksi
  • Menutup sementara unit kegiatan yang menjadi sumber kasus.
  • Normalisasi fungsi lingkungan
  • Mengurangi risiko perusakan dan pencemaran
  • Koordinasi pendayagunaan SDM, alat, dan biaya dalam penanggulangan
  • Aplikasi ilmu dan teknologi
  • Optimalisasi peran masyarakat
  • Antisipasi pengaruh dan dampaknya thd operasi dan lingkungan di sekitarnya

TINDAKAN KOREKSI

  • Terhadap sumber
  • Penataan ulang atau perbaikan menyeluruh/upaya pencegahan
  • Pemantauan
  • Pemeliharaan

PENGERTIAN TENTANG PEMANTAUAN

Adalah kegiatan untuk mendapatkan dan mengevaluasi informasi (data) sebagai bahan untuk penilaian kinerja suatu kegiatan (operasi). Kinerja adalah ukuran sukses dari penerapan strategi ditinjau dari tujuan pengelolaan lingkungan.

TUJUAN PEMANTAUAN

  • Menyediakan informasi untuk evaluasi secara periodik
  • Menyediakan informasi untuk mengetahui adanya perubahan di lapangan
  • Mengetahui besarnya dampak dan membandingkannya dengan prediksi dampak
  • Menyakinkan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan dilaksanakan secara optimal pada seluruh lokasi kegiatan

MANFAAT PEMANTAUAN

  • Pendeteksian secara dini dampak lingkungan sehingga remediasi (penanggulangan) dapat dilakukan secara efektif
  • Menunjukkan kepatuhan/penaatan (compliance) terhadap peraturan, standar, atau baku mutu lingkungan
  • Sebagai masukan atau umpan balik (feed back) bagi kegiatan pengelolaan lingkungan
  • Mengetahui trend dampak dan kualitas lingkungan

HAL-HAL YANG PERLU DIPANTAU

  • Out put yang keluar setelah berinteraksi di dan dengan kegiatan (limbah cair, limbah padat, limbah pengolahan/tailing, dsb.)
  • Komponen lingkungan yang terkena dampak(kualitas udara, bentang alam, tanah, air permukaan dan air tanah, flora, fauna, sosekbud)


Sumber:

http://id.wikipedia.org

http://bosstambang.com

Kamis, 03 Juni 2010

Latar Belakang

Mikrokontroler adalah sebuah alat elektronik yang berfungsi untuk mengendalikan alat elektronik lainnya dengan ukuran mikro. Mikrokontroller bekerja berdasarkan nilai yang ada pada register program counter, jadi pada dasarnya kerja mikrokontroller sangatlah tergantung pada urutan instruksi yang dijalankannya. Dengan menggunakan mikrokontroler dapat dibuat miniatur alat pembersih kaca otomatis dengan panjang 20 Cm yang bekerja menggunakan metode timer dengan tenggang waktu 1 menit 12 detik. Dengan Miniatur ini bisa dibuat alat pembersih kaca dengan ukuran yang sebenarnya yang dapat memudahkan pekerjaan pekerja pembersih kaca.

Jakarta dan daerah sekitarnya terdapat banyak sekali gedung bertingkat dengan permukaan yang dilapisi kaca dan kaca tersebut perlu dibersihkan agar tidak tampak kotor. Saat ini membersihkan kaca gedung masih menggunakan alat manual untuk mengangkut para pekerja pembersih kaca yang disebut dengan gondola. Gondola tersebut mengangkut pekerja dari satu lantai ke lantai yang lainnya. Kendala yang dihadapi, apabila cuaca yang terlalu panas dan turun hujan maka permbersihan kaca bisa terhambat dan tidak tepat waktu karena gondola tersebut tidak memiliki penutup atau atap yang bisa melindungi pekerja dari cuaca panas maupun hujan.
Alat pembersih kaca otomatis bekerja secara otomatis dari awal dinyalakan alat bergerak kesamping lalu turun satu lantai dan bergerak kesamping lagi. Di mulai dari kaca bagian atas sampai selesai satu baris atau satu lantai lalu bergerak turun dan mulai membersihkan satu baris kaca di lantai tersebut. Alat tersebut tidak mengenal cuaca sehingga pembersihan kaca bisa tetap dilakukan dan selesai tepat waktu.

Dengan bantuan alat pembersih kaca otomatis ini pekerjaan membersihkan kaca gedung kantor menjadi tepat waktu untuk dibersihkan sesuai dengan program yang telah dibuat.

Diambil dari Penulisan Ilmiah yang dimiliki oleh:

Nama : Hilmi Permana A
NPM : 21103017
Fakultas : Ilmu Komputer
Jurusan : Sistem Komputer
Pembimbing : Ir. Fitri Sjafrina MM

Kata Ganti pada Penulisan Ilmiah

Kata Ganti pada Penulisan Ilmiah yang berjudul:

MIKROKONTROLLER AT89S51 SEBAGAI PENUNJANG
KANTOR OTOMATIS UNTUK PEMBERSIH KACA
GEDUNG MENGGUNAKAN BAHASA ASSEMBLER

Daftar Kata Ganti

Abstraksi
Kata ganti petunjuk : Ini (2 kali)
Tersebut (1 kali)


Bab 1
Kata Ganti orang pertama : Penulis (5 kali)

Kata ganti petunjuk : Ini (5 kali)


Bab 2
Kata Ganti orang pertama : Kita (6 kali)

Kata ganti petunjuk : Ini (36 kali)


Bab 3
Kata Ganti orang pertama : Penulis (1 kali)

Kata ganti petunjuk : Tersebut (3 kali)
Ini (4 kali)

Bab 4
Kata ganti petunjuk : Ini (1 kali)

Bab 5
Kata Ganti orang pertama : Penulis (1 kali)

Kata ganti petunjuk : Tersebut (5 kali)
Ini (2 kali)


Diambil dari Penulisan Ilmiah yang dimiliki oleh:
Nama : Hilmi Permana A
NPM : 21103017
Fakultas : Ilmu Komputer
Jurusan : Sistem Komputer
Pembimbing : Ir. Fitri Sjafrina MM